Stand di UNFCCC (UN Climate Change)

Rabu, 12 Desember 2007

Sewaktu saya membaca salah satu artikel di koran Metropolis, Jawa Pos Surabaya tanggal 11 Desember 2007, saya tertarik dengan bacaan yang menyatakan bahwa terdapat hasil-hasil karya para ibu-ibu di Surabaya yang dipamerkan di stand UNFCCC yang digelar di bagian belakang Compound B Nusa Dua Resort. Sebab, saya berpendapat bahwa kota Surabaya dewasa ini telah mengalami banyak sekali perubahan. Ya.. contohnya dalam kegiatan me-recycle limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga kan sangat berpengaruh pada pengotoran kota Pahlawan ini setelah limbah Pabrik.

Di stand tersebut, kita juga dapat melihat buklet dan majalah yang berisi kegiatan peghijauan kota selama tiga tahun oleh pemkot, Jawa Pos dan PT Unilever. Hmm… ayah saya juga berstatus pegawai swasta di PT Unilever, jadi setiap kali ada acara Surabaya Green and Clean, ayah selalu menceritakan sampai detil setiap kegiatan kebersihan tersebut kepada saya dan kakak. Rasanya mengasyikkan juga kalau bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Apalagi mengikuti program UNFCCC, soalnya kan, saya juga salah satu aktivis Greenpeace. Tapi sayangnya, di Surabaya, belum ada kegiatan yang ditujukan bagi para aktivis seperti saya dan teman-teman di Surabaya yang lain. Yah… kegiatan saya sebagai aktivis Greenpeace saat ini hanyalah mengirim surat kepada pemerintah-pemerintah di Eropa, India dan beberapa negara bagian Amerika agar menghentikan pembuangan gas emisi Karbon. Bosan, tapi seru juga… hehehehe…

Dalam artikel tersebut juga dijelaskan, bahwa kegiatan Surabaya Green and Clean itu telah berhasil memberdayakan masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan kebersihan di kota. Stand tersebut memamerkan beragam karya recycle seperti bungkus deterjen, pasta dan lain sebagainya. Banyak pengunjung dari berbagai daerah dan dari luar negeri yang tertarik melihat hasil karya para ibu-ibu tersebut.

Dan, salah satu yang membuat saya penasaran adalah pupuk organik. Pupuk ini terbuat dari sayuran dan nasi basi yang dipotong-potong. Setelah dipotong, sampah-sampah organik tersebut dimasukkan ke dalam keranjang yang dinamakan keranjang Takakura. Sampah tersebut akan didiamkan selama 3 sampai 4 hari sehingga menghasilkan air yang dinamakan lindi. Nah… Lindi ini yang dapat dipakai sebagai pupuk. Cukup kreatif bukan? Mengingat juga waktu saya SMP… saya dulu bersekolah di SMP Negeri 21 Surabaya. SMP ini terletak di daerah Jambangan. Masih ingat kan daerah Jambangan yang bolak-balik mendapatkan gelar terbersih sekaligus juara pertama Surabaya Green and Clean? Nah, waktu saya masih SMP, memang terasa sekali kebersihannya… karena tempatnya yang bersih dan banyaknya tanaman yang ditanam membuat suasana di sekitar sekolah sangat rindang dan sejuk.

Yah… semoga saja kota Surabaya menjadi kota paling terbersih dan rapi di Negara Indonesia ini…

0 komentar:

Posting Komentar